Senin, 02 November 2009

Manohara dan Isyarat Pembebas

Manohara Odelia Pinot, siapa yang tak kenal dirinya? Seluruh media memberitakan kisahnya terlebih lagi infotainment. Sebuah publisitas mahal yang tak semua artis mendapatkannya. Namun saya tidak ingin membahas tentang kasus kontroversialnya dengan pihak suaminya, Pangeran Teuku Fachry, dan Kerajaan Kelantan Malaysia Barat. Pengacaranya, OC Kaligis mundur tak lagi membela Mano karena Ibunda Manohara tidak serius akan kasus penyiksaan Manohara oleh Teuku Fachry, dan lain-lain. Tapi saya lebih menyoroti pada perspektif komunikasi, yaitu komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Manohara. Pada pertengahan April 2009 lalu sebuah stasiun televisi menayangkan gambar Mano. Tayangan tersebut diperkirakan sebagai salah satu bentuk respons kerajaan Kelantan untuk menunjukkan bahwa keadaan Manohara baik-baik saja.

Harian Lampung Post mengutip, “Dalam tayangan tersebut ditunjukkan Manohara sedang berkunjung ke sebuah yayasan panti asuhan. Dia terlihat baik, selalu tersenyum. Tapi, dia juga memberikan bahasa isyarat kepada kami kalau dia minta tolong. Seperti dia menepuk-nepuk dada atas sebelah kirinya atau dengan bentuk yang lain. Dan bahasa isyarat tersebut dulu sering digunakan Manohara kalau mau minta tolong kepada Dewi (kakak Manohara, red),” kata ibu Manohara, Daisy Fajarina, Rabu (29/04/2009).

Dari tulisan dalam rubrik Hiburan harian Lampung Post di atas telah terbukti bahwa isyarat berupa tepukan tangan itu bermakna benar adanya. Hal itu dapat dilihat ketika Manohara memberikan keterangan pada pers setelah dirinya dapat kembali bertemu Daisy Fajarina, setelah melalui ‘drama’ pelariannya dan kembali ke Indonesia. Lampung Post edisi Selasa (02/06/2009) menuliskan; Mano memberi isyarat minta tolong dan itu diketahui oleh keluarga Mano, khususnya ibunya, Daisy Fajarina dan kakaknya, Dewi. “Saya tepuk dada, tanda minta tolong dan pegang cincin. Itu tanda yang saya buat dengan keluarga saya. Itu juga yang sering saya gunakan saat minta tolong sama Kak Dewi,’ jelas Mano, model yang daftar 100 Pesona Indonesia oleh Majalah Harper’s Bazaar ini.

Seorang psikolog sosial, Ekman (1975) meneliti tentang persepsi petunjuk kinesik (Kinesic Cues). Dalam bahasa Indonesia kita mempunyai beberapa ungkapan yang mencerminkan persepsi kita tentang orang lain dari gerakan tubuhnya. Ungkapan-ungkapan itu dengan persepsinya, antara lain; membusungkan dada (sombong), menundukkan kepala (merendah), berdiri tegak (berani), bertopang dagu (sedih), menadahkan tangan (bermohon). Dan lain-lain.

Beberapa penelitian telah membuktikan persepsi yang cermat tentang sifat-sifat orang dari pengamatan petunjuk kinesik. Mano sebagai objek di televisi memberikan isyarat tangan sebagai petunjuk kinesik. Ibunda Mano (Daisy Fajarina) sebagai subjek ternyata dapat memahami dengan kecermatan yang sukar diduga sebagai hanya kebetulan saja (lihat Secord dan Backman, 1964:62).

Begitu pentingnya petunjuk kinesik, sehingga bila petunjuk petunjuk lain (seperti ucapan) bertentangan dengan petunjuk kinesik, orang mempercayai yang terakhir. Mengapa? Karena petunjuk kinesik adalah yang paling sukar untuk dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli (selanjutnya disebut persona stimuli—orang yang dipersepsi; lawan dari persona penanggap (Jalaluddin Rakhmat; Psikologi komunikasi, 2005).

Sangat jelas terlihat bahwa Manohara menggunakan petunjuk kinesik (kinesic cues) yaitu menepuk-nepuk dada atas sebelah kirinya dengan telapak tangan kanannya. Saya tidak menempatkan hal ini sebagai ekspresionisme simbolik, karena gerakan yang dilakukan Mano tersebut adalah khas dan tidak dapat dicerna oleh publik. Karena, walau tertangkap kamera wartawan, petunjuk kinesik itu tidak ditujukan kepada publik, namun motivasi Mano adalah menunjukkan kepada keluarga terdekat sebagai persona penanggap, yang paling memahami petunjuk kinesik tersebut.

Manohara sebagai persona stimuli menyadari dia tidak bisa meminta tolong secara verbal, karena ketatnya penjagaan pihak Kerajaan kelantan. Sehingga Mano memanfaatkan pers sebagai medium penyampaian pesan gestural (nonverbal) yang intrinsik. Memang di dalam komunikasi interpersonal seharusnya tidak ada medium yang memisahkan antara komunikator dan komunikan. Atau dengan kata lain komunikasi interpersonal itu haruslah bersifat face to face (tatap muka). Namun saya lebih memperhatikan keberhasilan Manohara dalam kehidupan sehari-harinya—sebelum dia menikah dengan Teuku Fakhry—yang berhasil membangun persepsi interpersonal dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan keluarga. Khususnya tentu saja, dalam menggunakan petunjuk kinesik.

Secara pragmatis, saya sendiri merasa kesulitan menafsirkan petunjuk kinesik yang dilakukan Mano tersebut, atau bahkan melupakannya bila tidak dipersepsi secara cermat oleh Ibunda Mano, Daisy Fajarina. Secara keseluruhan, kita menangkap kesan tentang persona stimuli dari petunjuk-petunjuk verbal dan nonverbal.

Apakah persepsi kita cermat atau tidak? Kasus Manohara ini menunjukkan bahwa persona stimuli menimbulkan kesan berlainan bagi orang-orang yang berbeda. Namun tetap ada makna kebenaran absolut yang dapat dijelaskan/ditafsirkan. Tentu saja penafsiran itu lebih akurat bila dilakukan oleh persona penanggap di lingkaran konsentris pertama, yaitu keluarga. Di sini berperan faktor-faktor personal dari penanggap stimuli (stimulus receiver), dari individu yang melakukan persepsi. Terakhir, mungkin isyarat tepukan tangan inilah yang secara tidak langsung membebaskan Mano, dengan memberikan informasi keadaan dirinya yang tertekan serta membutuhkan pertolongan disaat itu. []

Oleh: Rio AN
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung

1 komentar:

  1. I'm appreciate your writing skill.Please keep on working hard.^^

    BalasHapus